Weekend kemaren, HP GSM-ku –yang pake kartu Mentari bawaan dari tanah air- berbunyi di saat jam sudah menunjukkan pukul 11.30pm.
Duh, padahal kala itu aku udah hampir terlelap saking ngantuk dan capeknya setelah sesiang jalan-jalan ama suamiku plus Kayla sambil belanja kebutuhan mingguan.
Dan akhirnya aku memutuskan untuk membiarkan panggilan tersebut.
Karena:
- Kalau diangkat, aku bakal kena biaya roaming international, yang artinya akan menghabiskan seluruh pulsaku yang saat itu tinggal tersisa 67.000 perak.
- Di layar nggak tertera identitas si penelpon kecuali sederetan angka +000062, yang mana lazim terjadi karena itu adalah panggilan international.
- Aku berkesimpulan bahwa si penelpon –udah pasti- bukan berasal dari trah keluargaku karena nggak bisa mikir bahwa saat itu di Seoul udah hampir midnight. Mungkin dia nggak sadar bahwa perbedaan waktu antara Korea dan Indonesia adalah +2jam.
- Selama ini keluargaku selalu berkomunikasi via sms –ke nomer Mentari lamaku- dan jarang nelpon langsung dari Indonesia. Biasanya aku yang akan balik nelpon mereka dari sini setelah dipancing via sms.
- Kalau memang itu adalah panggilan yang maha penting, pasti si penelpon akan mencoba untuk menghubungiku di nomer HP Korea-ku dan bukannya insist ng-miss called sampe tujuh kali (!) di nomer Mentari.
Dan begitulah.
Selama kurang lebih dua puluh menit –dengan jeda beberapa menit tiap miss called-, si HP kekeuh berdering. Dan aku kekeuh untuk selonjoran di tempat tidur dan memilih untuk nggak ngambil HP tersebut dari atas lemari buku.
Hmm, kira-kira siapa yang malam itu dodol banget nelponin gue, ya?
No comments:
Post a Comment