Telepon Misterius


Saat itu pukul 2.27 pagi (yes, it was in the middle of the nite, my friends!) ketika tiba-tiba Coastal Dreaming-nya Casiopea yang aku pasang sebagai ringtone PDA-ku berbunyi. Meskipun nggak keras memekakkan telinga, tapi ternyata dering telpon pada tengah malam buta seperti itu cukup bikin kaget. Atau lebih tepatnya bikin sebel luar biasa!

Sambil geragapan, aku berusaha meraih ponsel-ku tersebut.
Saat telepon berada dalam genggamanku, deringnya udah berhenti.
Kulirik LCD sekilas: 085214898702. hmm, nomor tidak dikenal!, batinku.
Karena kalo nomor tersebut udah di-save di dalam HP-ku, dijamin yang muncul di layar bukan hanya nomor aja tapi pasti ada tulisan nama si penelepon.

Seharusnya saat itu aku bisa memilih untuk membiarkan missed call tersebut dengan asumsi toh kalo urusan penting pasti si penelepon akan mencoba menghubungiku lagi. Tapi entah dapet inspirasi darimana, tiba-tiba jariku sudah memencet tombol untuk meng-call back nomer tersebut meskipun sambil memaki dalam hati, ‘siapa sih yang demikian tidak bermoralnya nelponin orang tepat pada jam setengah tiga pagi kayak gini!’ ...

Terdengar nada panggil satu kali dan kemudian,
“Halo!”, jawab suara di seberang sana.
“Halo!”, kataku lirih masih setengah sadar. “Ini siapa?”, lanjutku dengan nada tidak bersahabat saat menyadari bahwa suara di seberang adalah suara laki-laki.
“Iwan”, jawab si penelpon dari seberang.
“Iwan? Iwan siapa, ya?”, jawabku makin keheranan karena seingatku sih nggak pernah punya temen maupun kolega bernama Iwan.
“Ini Vina, kan?”, jawab si lelaki goblok dan tolol yang tidak mengerti tentang etiket menelpon sama sekali itu –karena memilih jam setengah tiga pagi. Ya, sekali lagi jam setengah tiga pagi, my friends!!- tanpa menghiraukan pertanyaanku tentang identitasnya barusan.
“Kamu tuh Iwan siapa? Aku nggak ngerti! Dan ada apa nelpon malem-malem kayak gini?”, nadaku mulai naik.
“Enggak, kebetulan ini aku punya HP baru. Trus aku liat ada nomer situ. Ya udah, aku telpon aja!”, jawabnya santai dan dengan suara yang sama sekali nggak terdengar intelek. Katro, tepatnya!

APA?!! KURANG AJAR!!!!, emosiku langsung meluap demi mendengar jawabannya yang terkesan merendahkan harga diriku itu.
Pertama. Dia merasa bahwa menelpon seseorang yang belum dikenalnya –dan orang yang belum dikenalnya itu adalah aku- pada pukul 2.30 pagi –tanpa alasan penting- adalah normal dan bukan merupakan suatu perbuatan yang nista!
Kedua. Dia menyebutku dengan panggilan situ yang menurutku lebih sering dipakai saat orang sedang bersitegang. Misalnya, “emang situ siapa berani-beraninya make ember dan gayung gue?” atau “ situ bayar utang yang kemaren dulu, dong! Enak aja mo minjem-minjem lagi!” ... Jadi kesimpulannya, menurutku sebutan situ lebih berkonotasi negatif.

Alhasil dengan penuh emosi, aku langsung menyemprotnya, “APA-APAAN KAMU INI? NELPONIN ORANG JAM SETENGAH TIGA PAGI TANPA ALASAN YANG JELAS?!! IT’S 2.30, FOR GOD's SAKE!! KAMU PIKIR ...”

Dan belum selesai aku menumpahkan kejengkelanku, tiba-tiba hubungan diputuskan! Ya, si Iwan-Goblok-Tolol-Katro-Kampungan-Tidak Beradab-Basi-Nggak Tau Adat itu menutup telpon di saat aku belom selesai memaki-makinya ...

Tiba-tiba saja rasa kantukku hilang dan digantikan oleh rasa marah yang luar biasa!
Ingin rasanya aku nelpon sekali lagi si Iwan-Bego-Kampungan itu untuk melampiaskan rasa muakku. Tapi dengan bertindak seperti itu, aku sadar bahwa artinya standar-ku sama dengannya. Alias Kampungan, Nggak Berbudaya, Nggak Ber-etiket, Goblog, Brengsek, Tolol, Gajah Kudisan, Banteng Kurap, Nggak intelek, dan sebagainya dan sebagainya ...

Jadi sambil menarik napas panjang, aku berusaha berpikir jernih.
Udah lah, anggap aja telpon nggak berbobot itu sebagai angin lalu aja.
Siapa tau saat nelpon tersebut sebenernya si Iwan-Kudisan lagi mabok cat tembok ato abis ngisep lem kayu jadi otaknya ilang sebelah! Dan meskipun aku penasaran luar biasa karena si Iwan-Belekan itu ngerti namaku, tapi aku harus berusaha untuk nggak mikirin lagi tentang teleponnya yang bener-bener kurang ajar itu.

Tapi sungguh, aku bukan Dewa.
Jadi sebenernya jauh di dalam lubuk hatiku, aku berharap akan ada orang yang secepat mungkin membalaskan dendamku ke si Iwan-Bloon-Moga moga-Jalannya Nyengser-Ketimpa-Tangga itu. Entah dengan cara apa ...

Oya, sekali lagi nomer si Iwan-Kampungan itu adalah
085214898702
Jadi klo ada diantara temen-temen yang ngeh ama nomer tersebut, tolong kasih tau aku, ya! Sukur-sukur klo ada yang punya kenalan orang dalem di IM3 ato AS. Jadi aku bisa ng-trace siapa pemilik nomer tersebut. Too good to be true, sih. But who knows?

Sumpah, gue jengkel banget!
dan btw, sebenernya nggak cuma sekali ini aja aku dibikin sebel ama telpon.
Contoh laen tentang gimana gemesnya aku saat digangguin ama para telemarketer (yang suka jualan/nawarin sesuatu via telpon itu, loh!) bisa di-klik di sini.

Photo by. Paweł Zawistowski

No comments: