Mulih k'Desa

Lima hari yang lalu (tgl 11 Januari 2008), saat ada pencanangan cuti bersama dari Pemerintah, kami sekeluarga sempat menginap satu malam di Mulih k’Desa di Garut. Sebetulnya pada awalnya kami nggak mempunyai rencana apapun untuk mengisi hari kejepit nasional tersebut. Malah si Ayah udah sempet menghubungi teman-temannya untuk diajak main golf. Tapi karena kebetulan Ai, si mbak yang jadi Nanny-nya Kayla, pamit pulang ke kampungnya yaitu Pameungpeuk (sekitar 3jam dari Garut) untuk nengok ibunya yang lagi sakit, akhirnya kami memutuskan untuk nganter Ai ke desanya sambil sekalian ngeliburin Kayla.

Dan pilihan kami untuk menginap di Mulih k’Desa yang menawarkan suasana tradisional ternyata tepat. Berhubung Kayla dibesarkan sebagai gadis kota (lahir di Boston dan besar di Bandung), maka dia bener-bener excited saat diajak untuk menikmati suasana kampung di sana. Meskipun dia menolak mentah-mentah saat disuruh naik kerbau, tapi at least dia enjoy saat diajak jalan-jalan di galengan (pematang sawah) dan juga saat ditunjukkin pancuran dari bambu yang bisa jungkat-jungkit kalo air di salah satu sisinya penuh.

Karena kami check-in hari Jumat siang, maka saat lunch tiba kami mencoba untuk makan di resto-nya Mulih k’Desa. Hmm, suasananya sih OK. Karena dengan duduk di saung sambil diterpa angin sepoi-sepoi, siapa yang nolak? Tapi untuk citarasa makanannya, ehm ... ternyata kalah jauh ama Ikan Bakar Cianjur, salah satu resto fav-ku. Nasi liwetnya kurang pulen. Bumbu ikan bakarnya kurang nendang. Tahu gorengnya kurang gurih. Sayur asemnya jauh banget kalo dibandingin ama masakan si Ai. Yang rada lumayan mungkin cuma udang goreng, sambel dadak plus lalapnya aja. Jadi sekedar tips buat Anda yang berencana untuk menginap di Mulih k’Desa, sebaiknya cari resto lain kalau memang pengen berwisata kuliner.

Nah, berhubung saat lunch kami udah kapok nyobain menu di Mulih k’Desa, akhirnya pas dinner kami turun ke kota setelah sebelumnya sempat mampir ke Kampung Sampireun yang terletak sekitar 2km (ke arah atas) dari Mulih k’Desa. Dan kami makin bersyukur karena memutuskan untuk menginap di Mulih k’Desa dan bukannya di Kampung Sampireun. Karena ternyata harga sewa cottage di Kampung Sampireun saat ini (yang paling murah) sudah mencapai Rp1.500.000,00. Itupun cuma berlaku untuk 2 orang. Jadi kalo ada extra person (diatas usia 6 tahun) di-charge Rp350.000,00/person. Wuah, komersil banget, ya?


Sedangkan di Mulih k’Desa, harga per cottage-nya cuma Rp.550.000,00. Dan pihak manajer mengijinkan seandainya kami mo ng-cramp bersepuluh, misalnya, di dalam satu cottage. Pokoknya yang jelas jatah breakfast cuma buat dua orang. Jadi kalo kami nekat umpel-umpelan bersepuluh, berarti yang delapan orang harus puasa saat makan pagi ...
Setelah kenyang makan soto madura di Garut, kami balik lagi ke Gubug Ngarembet, itu nama gubug tempat kami menginap. Dan karena Kayla udah capek main seharian, akhirnya setelah bersih-bersih dan
sikat gigi, dia langsung teler sambil meluk guling kesayangannya. Nah, itu artinya Ayah dan Bunda jadi punya kesempatan nyantai dengan duduk-duduk di teras samping ditemenin gorengan yang dibeli di pinggir jalan dalam perjalanan pulang ke hotel sambil ngobrol-ngobrol ringan. Wui, udara malamnya ternyata asik banget, loh! Dingin. Sejuk. Betul-betul bikin fresh. Akhirnya saat jam menunjukkan jam 1 pagi, kami beranjak dari beranda dan siap-siap istirahat ...

Foto-foto selengkapnya, bisa di-browse disini.

No comments: