Kuantitas versus Kualitas

Ada debat hangat di internet yang sedang berlangsung mengenai dunia blogging.

Apakah blogging itu kegiatan yang kreatif dan mencerdaskan masyarakat atau justru dumbing down our society?

Kalo aku sih melihat bahwa Blogger, Youtube, Flickr etc are just tools. They come and go in cycle (siapa yang masih pake Geocities sekarang?) sebagai bagian budaya populer. Sepuluh tahun lagi pasti akan ada teknologi lain yang menggantikan tools pop sekarang ini. In any context, di tangan yang benar mereka bisa menjadi medium yang efektif untuk menyalurkan kreatifitas.

Intinya yang menentukan adalah penggunanya, the man behind the gun. Teknologi internet itu ibarat pedang bermata dua. Kalo dimanfaatkan dengan baik (content yang mendidik moral, hiburan, membangun jaringan pertemanan, diseminasi informasi, education dsb) maka jadilah ia berguna bagi masyarakat. Tapi bisa juga sebaliknya.

Karena sebenarnya berapa banyak dari bloggers yang cukup serius memperhatikan contentnya? Atau less seriously, berapa banyak dari kita yang full-hearted meluangkan waktu untuk building and maintaining friendship dan bukannya cuma blogwalking dengan metode copy-paste comment 'sambil lalu' (lam kenal, u have a nice blog please visit mine, kereeen etc) di shoutbox bloggers lain?

Istilah dalam dunia komputer, GIGO (Garbage In Garbage Out) agaknya cukup relevan juga dalam dunia internet. In the end of the day, it is NOT the quantity (berapa jumlah postingan, berapa site yang dikunjungi, berapa comments yang dipost etc.) yang akan mempunyai nilai. Sekali lagi, kualitas akan jauh lebih berharga and will withstand the test of time. Bahkan dalam dunia virtual, satu tulisan yang meaningful akan lebih mempunyai pengaruh dibandingkan dengan seribu coretan sambil lalu.






No comments: