Nenen adalah kata yang dia pergunakan untuk menyebut payudara. Meskipun sedikit kaget, tapi aku berusaha menunjukkan sikap bahwa aku nggak keberatan dengan pertanyaannya tersebut.
“Hmm, glad that you asked me that question, Kay!”, jawabku sambil mengulur waktu untuk memikirkan respon yang paling tepat terhadap pertanyaannya barusan.
“Jadi kenapa mereka punya nenen, Bun?” desaknya nggak sabar.
Aku sempet melirik si Ayah yang mesam-mesem sambil makan jeruk di meja makan. Akhirnya setelah berpikir selama beberapa detik aku menjawab, “Karena nantinya payudara tersebut akan dipakai untuk menyusui anaknya. Jadi semua cewek harus punya. Supaya anak-anak mereka nggak kelaparan karena bisa minum air susu ibu yang dihasilkan lewat payudara tersebut.”
“Oh, gitu? Kayak Kayla waktu masih baby dulu ya, Bun?”, kata Kayla polos.
“Iya, kayak Kayla waktu masih baby.”
“Oh. Ok.”, katanya sambil manggut-manggut. “Tapi trus kenapa Ayah juga punya nenen, Bun? Kenapa cowok juga ada nenen-nya?”, cecarnya.
Waduh! Kudu mikir lagi, niy.
Karena nggak mungkin aku jawab, ‘ya, kalo yang itu fungsinya dipake saat orang dewasa bersenang-senang’ ...
Dan lalu, akhirnya aku bilang, “Allah menciptakan payudara buat cowok dengan tujuan supaya indah kalau dilihat dari sudut estetika.”
“Estetika itu apa sih, Bun?”, kata Kayla dengan mimik penuh rasa ingin tahu.
Yes! Yes! Strategiku berhasil.
Jadi dengan kata kunci estetika akhirnya obrolan malam itu bisa bergeser dari topik yang agak menjurus menjadi santai lagi. Dan kemudian dengan penuh semangat, aku terangin serba serbi estetika sampai akhirnya diskusi berkembang
Pfiiiiuuuuh ... !!!
No comments:
Post a Comment