Membisniskan hobby

"Berapa harganya?"

Sebuah pertanyaan sederhana.
Tapi sumpe, seringkali aku gelagapan menjawabnya.
Terutama jika itu merujuk kepada hasil kerajinan tanganku (crafts).

Seriously, it's a tough question.

Karena well, ketika ng-craft itu aku sangat menikmatinya. Detik per detik. Sehingga wajar jika terbersit rasa 'bersalah' ketika aku harus pasang harga ketika ada teman yang tertarik membelinya. Karena sekali lagi, well I am having fun making it. Enggak adil rasanya jika kemudian aku membisniskannya. Tapi jika keinget bahwa biaya yang aku habiskan untuk membeli bahan itu juga enggak murah maka tentunya akan sangat menyenangkan jika aku bisa balik modal, pikirku. Cuman ya itu tadi, bingung aja berapa harga yang harus aku bandrol.

Oke, sekarang aku ambil contoh Lunch Bag yang ini.
Berapa harga yang harus aku patok?


Berikut detail perhitungan kasarnya.

Biaya material: $10
Ongkos labor: $8/jam.
Total waktu pengerjaan: 4 jam.
Maka harga Lunch Bag ini $42.

Nah, pertanyaannya sekarang: Apakah reasonable jika aku  ng-charge setinggi itu untuk sebuah Lunch Bag? Jawabannya: entahlah. 


Apalagi dengan fakta bahwa di luar sana banyak yang menjual bag semacam itu dengan harga yang mungkin jauh lebih murah. Ini tanpa mengesampingkan fakta bahwa bisa jadi karena mereka memakai kain/material yang berkualitas lebih rendah, dibuat di pabrik (handmade vs produksi massal itu harus dipertimbangkan dalam pricing) dan atau jahitan yang mungkin seadanya (karena dibuat secara massal itu tadi sehingga quality control kurang terjamin), dan segala derivasinya.



Sehingga jika pengen terkesan lebih rasional, maka aku harus mematok harga berdasarkan biaya materialnya aja. Artinya adalah segala kerja kerasku selama tiga jam dalam membuatnya sama sekali enggak dihitung. Dan itu artinya di jaman serba merdeka ini aku masih melakukan kerja rodi. hihi.



Kesimpulannya, memang rumit ketika harus menghargai sebuah kerajinan tangan. Terlebih jika berhadapan dengan mereka yang memang kurang menghargainya. Tapi percayalah, jika kita sabar maka customer yang tepat pun akan berdatangan dengan sendirinya.

Jadi yuk, mari.
Tetep berkarya tapi juga jangan sampe tekor.
*memangnye klan cendana?*


No comments: