Just in case tukang potongnya nggak bisa berbahasa Inggris sama sekali. Jadi dengan melihat gambar, dia nggak akan salah potong.
Apalagi sebelumnya ada temen yang ngasih tau bahwa kalau mau potong rambut disini kudu hati-hati. Khususnya bagi cowok. Karena kalau neranginnya nggak bener, bisa-bisa nanti bakal dipotong model tentara alias cepak banget di samping kanan kiri yang memang udah jamak disini. Tapi model potongan tersebut nggak banget buat m’Agus, menurutku.
Jadi sebelum berangkat ke salon –sekitar 10 menit jalan kaki dari apartement-, kami bela-belain ng-browse foto-foto lama di laptop yang menunjukkan gaya rambut yang kita mau. Dan seperti yang udah diceritain di atas, kumpulan foto2 tersebut kami bikin mozaik trus dicetak di Fuji Film –deket rumah juga- untuk akhirnya dibawa ke salon sebagai patokan si mas tukang potong rambut dalam menggunting rambutku dan rambut m’Agus.
Yang mana ternyata usaha keras kami tersebut cuma dilihat sepintas ama pihak salon dan disambut dengan sahutan pendek, “OK!” sambil menuntunku ke kursi penjagalan.
Wheleh, Mas! Mbok ya diliat rada lamaan dikit, kenape?
Tapi untungnya hasil guntingannya not too bad, meskipun masih kalah jauh kalau dibandingin ama haircut stylist langgananku di Semarang. Seriously, aku sering bela-belain potong rambut di Semarang meskipun tinggal di Bandung, loh!
Duh, emang ribet jadi cewek, ya?
Vina (2005), 3 hari setelah dipotong ama Tommy Salon, Semarang.
Agus, dengan hasil potongan rambut di salon Madura ...
1 comment:
Vina: bagus klo ada pembanding before after
Agus: mirip SBY...
Post a Comment