Definisi mewah itu sangat personal.
Ada yang menganggap bahwa punya rumah super luas bertingkat tiga komplit dengan kolam renang dan garasi terbangnya: mewah. Bisa jalan-jalan keluar negeri setahun tiga ratus kali (semuanya dibayarin kantor atau hasil malak rekanan): mewah. Ada yang bilang bahwa makan nasi pecel di pinggir jalan sambil ditemenin Lee Min Ho: mewah.
Seperti itulah. Sangat personal.
Bagi saya sendiri, mewah itu nggak rumit.
Seperti itulah. Sangat personal.
Bagi saya sendiri, mewah itu nggak rumit.
Salah satunya adalah punya kantor yang jaraknya tidak lebih dari 500m dari rumah. Sehingga setiap hari saya tidak perlu bangun pagi-pagi sekali tapi masih punya banyak waktu untuk mengurus kebutuhan anak-anak dan suami karena bisa berangkat ke kantor (jalan kaki) sekitar lima-tujuh menit sebelum jam masuk kerja.
Kadang-kadang malah setengah jam sebelumnya saya sempet ng-laundry dulu (biar sepulang kerja tinggal masukkin hasil cucian yang udah bersih ke mesin pengering) atau mengganti sprei (seminggu sekali) atau menata ulang susunan peralatan dapur di dalam lemari atau motong-motong bahan makanan (untuk persiapan dinner) atau melakukan semuanya sekaligus, dan seterusnya, dalam kondisi telah memakai busana kantor.
Sehingga ketika ada yang bertanya, “Gimana kamu bisa bagi waktu antara mengurus keluarga, rumah dan kantor?”, jawaban saya sederhana, “Cobalah mencari kantor yang untuk ke sana-nya kita bisa ngesot …”